Home / Aceh / Sejarah

Jumat, 15 Agustus 2025 - 17:35 WIB

Dua Dekade Pasca-MoU Helsinki, Wali Nanggroe: Aceh Belum Berkembang

REDAKSI

Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem dan Wali Naggroe Malik Mahmud Al-Haytar memberi keterangan pers pada acara peringatan 20 tahun damai Aceh di Balai Meseuraya Aceh, Banda Aceh, Jumat 15/8/2025.(Foto:Dok Ist)

Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem dan Wali Naggroe Malik Mahmud Al-Haytar memberi keterangan pers pada acara peringatan 20 tahun damai Aceh di Balai Meseuraya Aceh, Banda Aceh, Jumat 15/8/2025.(Foto:Dok Ist)

Banda Aceh – Wali Nanggroe Aceh, Tgk H Malik Mahmud Alhaytar, menyoroti pembangunan di Tanah Rencong yang belum menunjukkan kemajuan signifikan pascadua dekade penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Helsinki pada 15 Agustus 2025.

Bahkan, dalam banyak sektor, Aceh dinilai mengalami kemunduran.

Hal itu disampaikan Malik Mahmud saat memberi sambutan pada peringatan 20 tahun damai Aceh, di Balee Meuseuraya Aceh (BMA) Kota Banda Aceh, Jumat (15/8/2025).

“Sebenarnya sebagaimana kita wajib bersyukur atas nikmat damai, kita juga tidak boleh menutup mata terhadap berbagai persoalan mendasar yang masih membayangi Aceh di saat ini,” kata Malik Mahmud.

“Setelah dua dekade damai, pembangunan Aceh belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Bahkan dalam banyak aspek, kita justru menghadapi kemuduran,” lanjutnya.

Baca Juga :  Gubernur dan Wagub Ikuti Zikir Peringatan 20 Tahun Damai Aceh di Masjid Raya Baiturrahman

Menurut Wali Nanggroe, selama ini Aceh masih terlalu ketergantungan pada belanja APBA, rendahnya investasi sektor riil, serta belum tumbuhnya industri besar dan infrastruktur ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, tingkat pengangguran juga masih tinggi, disertai ketimpangan kesejahteraan antarwilayah.

“Sebagai Wali Nanggroe Aceh saya menyampaikan ini bukan untuk menyalahkan siapa-siapa, tetapi sebagai bentuk tanggung jawab moral dan amanah rakyat yang telah menaruh harapan besar kepada proses perdamaian ini,” tegasnya.

Malik Mahmud juga menyoroti lambannya implementasi MoU Helsinki dan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA).

Ia menilai masih banyak butir penting belum dijalankan, termasuk pengelolaan sumber daya alam, pembentukan lembaga-lembaga khusus, pengakuan simbol-simbol lokal, serta penyelesaian masalah korban konflik.

Di sisi lain, Malik Mahmud juga mendorong semua pihak harus jujur terkait nasib rakyat Aceh yang belum membaik pascakesepakatan damai 20 tahun silam.

Baca Juga :  Pangdam Iskandar Muda Ajak Masyarakat Aceh Semarakkan Kemerdekaan RI ke-80.

Untuk itu, ia mengajak semua pihak menjadikan momentum 20 tahun damai sebagai titik balik.

Di mana, semua pihak tidak boleh hanya terjebak dalam nostalgia dan seremoni.

“Kita harus bangkit dengan keberanian baru untuk membenahi Aceh dengan semangat damai, keadilan, dan kemajuan yang sesungguhnya. Pemerintah Aceh ke depan, baik eksekutif maupun legislatif, harus lebih transparan, lebih pro rakyat, dan lebih berorientasi pada pembangunan ekonomi yang nyata,” ungkapnya.

Ia juga mendorong para pemimpin di Aceh harus bekerja keras dengan etos pelayanan serta kepentingan rakyat Aceh di semua perangkat, bukan karena ego politik dan kelompok.

Baca Juga :  Dana Otsus Tahap II Cair Rp 1,5 Triliun, Khusus Jatah Provinsi

Tidak kalah penting, lanjut Wali Naggroe, rakyat Aceh harus kembali bersatu dalam kesadaran politik bahwa damai bukan hanya warisan masa lalu, tetapi tanggung jawab generasi hari ini dan esok.

“Saya menegaskan bahwa perdamaian Aceh adalah anugerah yang mahal, tetapi rapuh kalau tidak ditangani dengan baik. Ia hanya akan bertahan jika terus kita rawat, kita isi, dan kita memberi makna yang dalam,” jelasnya.

“Maka pada kesempatan ini, saya mengajak semua pihak pemerintah, masyarakat sipil, pemuda, ulama, kaum perempuan, akademis mari kita kuatkan kembali semangat kolektif untuk menjadikan Aceh sebagai daerah yang benar-benar berdaulat dalam damai, hadir dalam pembangunan, dan bermertabat di harapan dunia,” pungkasnya.

Editor: Redaksi

Share :

Baca Juga

Aceh

Prajurit Kodam IM Bersihkan Makam Raja Nagari Bihari di Kabupaten Pidie

Aceh

ATENSI 2025 Ditutup, Aceh Kirim Duta Seni Terbaik ke Tingkat Nasional

Aceh

RKUHAP Dikritik dalam Forum Ilmiah: Penyidik dan Penuntut Tidak Boleh Disatukan

Aceh

Dinas Syariat Islam Aceh Latih Literasi Media Remaja Masjid Se-Aceh

Pemerintah Aceh

Gubernur dan Wagub Ikuti Zikir Peringatan 20 Tahun Damai Aceh di Masjid Raya Baiturrahman

Aceh

Kadisdik Aceh Tegaskan Fokus Pemerataan Kualitas Sekolah di Seluruh Aceh Pasca SPMB 2025

Aceh

Darwati A. Gani Puji Polda Aceh atas Keberhasilan Mengungkap Kasus TPPO Anak Jaringan Internasional

Aceh

Plt Sekda Lepas Kontingen FORNAS 2025 ke NTB, Bawa Misi Budaya dan Sportivitas