Washington – Presiden Donald Trump menyadari Iran bisa saja memulai program nuklirnya di lokasi lain setelah militer Amerika Serikat (AS) menyerang tiga fasilitas nuklirnya pada 22 Juni lalu.
Menurut Trump, Iran telah memutuskan untuk menghentikan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang berarti tidak akan setuju dengan inspeksi terhadap program nuklirnya termasuk menghentikan pengayaan uranium.
Namun Trump mengulangi pernyataannya, yakin program nuklir Iran di tiga fasilitas yang diserang, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan, telah berhenti secara permanen.
“Saya sampaikan itu akan dihentikan secara permanen. Saya kira mereka harus memulai di lokasi berbeda. Jika mereka benar-benar memulainya, itu akan menjadi masalah,” ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (5/7/2025).
Dia menegaskan tak akan mengizinkan Iran untuk melanjutkan program nuklir.
Trump kemudian mengklaim pejabat Iran ingin bertemu dengannya, namun tidak memberikan penjelasan lebih rinci.
IAEA menyatakan telah menarik petugas pengawas terakhir dari Iran akibat kebuntuan yang semakin dalam mengenai pengawasan program nuklir. Iran juga melarang badan pengawas nuklir PBB itu menempatkan kamera CCTV-nya di fasilitas-fasilitas nuklir.
Sejak serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran, IAEA belum bisa memeriksa lokasi-lokasi tersebut.
Parlemen Iran mengesahkan undang-undang (UU) yang menangguhkan kerja sama dengan IAEA sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Iran menuduh IAEA memberikan laporan yang provokatif mengenai program nuklirnya yang memicu serangan Israel dan AS. Padahal IAEA tahu betul Iran sedang tidak membuat senjata nuklir.
IAEA mengeluarkan laporan yang memberatkan Iran pada 31 Mei yang menyebabkan Dewan Gubernur IAEA beranggotakan 35 negara mengeluarkan resolusi bahwa Iran melanggar kewajiban non-proliferasinya.
Editor: RedaksiSumber: https://Sindonews