Home / Pemerintah Aceh

Rabu, 23 April 2025 - 14:11 WIB

Marlina Muzakir: Produk Kerajinan Aceh Harus Mendunia

REDAKSI

Ketua Dekranasda Aceh, Marlina Muzakir, didampingi Ketua Dekranasda Kabupaten Pidie, Rohana Razali, mengunjungi galeri dan tempat produksi kerajinan khas Aceh, Fitri Souvenir, di Gampong Garot Cut, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie, Rabu (23/4/2025). Foto: Biro Adpim Setda Aceh

Ketua Dekranasda Aceh, Marlina Muzakir, didampingi Ketua Dekranasda Kabupaten Pidie, Rohana Razali, mengunjungi galeri dan tempat produksi kerajinan khas Aceh, Fitri Souvenir, di Gampong Garot Cut, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie, Rabu (23/4/2025). Foto: Biro Adpim Setda Aceh

Pidie – Ketua Dekranasda Aceh, Marlina Muzakir, mengungkapkan rasa bangganya terhadap kreativitas para perajin Aceh yang terus melestarikan budaya lewat kerajinan tangan. Ia menegaskan, pemerintah Aceh berkomitmen mendukung penuh perkembangan UMKM agar produk lokal mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.

“Ini bukti bahwa dengan semangat dan inovasi, produk Aceh bisa mendunia. Pemerintah akan terus hadir memberikan dukungan, baik dalam promosi, pelatihan, maupun memperluas akses pasar,” ujar Marlina saat berkunjung ke galeri Fitri Souvenir di Gampong Garot Cut, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie, Rabu (23/4/2025).

Dalam kunjungannya, Marlina didampingi Ketua Dekranasda Kabupaten Pidie, Rohana Razali dan Kadis Koperasi dan UKM Aceh, Azhari. Mereka melihat langsung proses pembuatan kerajinan khas Aceh, mulai dari kasab sulaman emas hingga berbagai produk bermotif tradisional yang sarat nilai budaya.

Fitriani, pemilik Fitri Souvenir, memperkenalkan beragam hasil karyanya, salah satunya baju gamis berhias motif Aneuk Muling yang dipadukan dengan Pinto Aceh. Baju itu kemudian dihadiahkan kepada Marlina Muzakir oleh Mahfuddin Ismail, mantan Ketua DPRK Pidie, sebagai buah tangan.

Baca Juga :  Ketua PKK Aceh Turun Kampung di Lhokseumawe, Data Warga yang Tinggal di Rumah Tak Layak

Selain pakaian, Fitri Souvenir juga memproduksi sarung bantal sofa, dijual seharga Rp600 ribu untuk satu set berisi lima sarung dan selembar alas meja. Saat ini, usaha ini memberdayakan sekitar 50 karyawan, termasuk penyandang disabilitas.

“Sebagian produk dikerjakan dengan mesin, namun banyak juga yang dijahit manual untuk menjaga kualitas kerajinan tangan,” tambah Fitriani.

Fitri Souvenir tak hanya dikenal di Aceh, tapi juga sudah merambah pasar internasional. “Alhamdulillah, kami pernah mengirim 10 ribu potong produk ke Malaysia. Kami juga melayani pesanan dari Singapura, Afrika, Amerika, dan saat ini sedang mengerjakan pesanan dari Norwegia,” ujarnya penuh semangat.

Di dalam negeri, peminat produk Fitri Souvenir tersebar di berbagai kota besar seperti Jakarta, Banda Aceh, Bandung, Palembang, Medan, dan Lampung.

Baca Juga :  Afkar dan Jazuli Wakili Aceh ke Olimpiade Matematika Asia Tenggara

Namun, perjalanan Fitri Souvenir tak selalu mulus. Fitriani mengaku pandemi Covid-19 sempat membuat usahanya sedikit tersendat. “Banyak pesanan yang batal diambil. Tapi berkat dukungan pemerintah, kami bisa bertahan dan tetap memberdayakan masyarakat,” katanya.

Salah satu inovasi yang menjadi kebanggaan Fitriani adalah memperkenalkan motif Aneuk Muling sebagai ikon baru kerajinan khas Pidie. “Motif ini kami buat untuk mempromosikan kekayaan budaya daerah. Saya menyampaikan ide ini ke Ibu Cut, lalu diterjemahkan menjadi motif yang melambangkan kemakmuran,” jelasnya.

Marlina berharap lebih banyak UMKM Aceh yang mengikuti jejak Fitri Souvenir dalam membawa budaya Aceh ke kancah dunia. “Kita harus bangga dengan karya sendiri. Dengan sinergi semua pihak, InsyaAllah produk Aceh akan semakin dikenal dunia,” ujar Marlina.

*Kunjungan ke Rumah Perajin Kasab*

Usai dari Fitri Souvenir, Marlina melanjutkan kunjungan ke rumah Melisa, seorang perajin kasab di Gampong Dayah Beuah.

Baca Juga :  Pj Gubernur Safrizal Lantik Tiga Kepala SKPA

Di sana, Marlina menyaksikan empat perempuan tengah menyulam benang emas di atas dua lembar kain kasab berukuran sekitar dua meter. Kain-kain tersebut nantinya akan digunakan untuk menghias pelaminan pengantin.

Melisa mengungkapkan, untuk menyulam satu kain kasab dengan benang emas, biasanya membutuhkan waktu hingga satu bulan. “Untuk satu kain, kami dibayar Rp250 ribu,” kata Melisa.

Ia bercerita, saat ini para perajin hanya mengerjakan pesanan dari para toke di Kecamatan Indra Jaya. “Kami hanya menyulam sesuai pesanan. Kalau ada modal, kami ingin sekali mengembangkan usaha sendiri,” ungkapnya.

Menurut Melisa, menyulam benang emas sudah menjadi tradisi di kalangan perempuan setempat, dari remaja hingga orang tua. “Kalau tidak ke sawah, kami menyulam. Hampir semua perempuan di sini bisa,” ujar dia.

Melisa berharap ada perhatian dari pemerintah. “Kalau bisa, ada bantuan untuk modal, supaya kami bisa mandiri walau usaha kecil-kecilan,” harapnya. []

Editor: Redaksi

Share :

Baca Juga

Pemerintah Aceh

Gubernur Aceh Terima Anugerah Tokoh Peusaboh Nanggroe di The Aceh Post Awards 2025

Berita

Plt Sekda Aceh Terima Audiensi Bupati Aceh Jaya, Bahas Persiapan PORA XV Tahun 2026

Berita

Mualem Terima Silahturrahmi Gubernur Sumut dan Bupati Tapanuli Tengah 

Nasional

Ketua Pokja Bunda PAUD Aceh Siap Beri Dukungan Kesetaraan Guru PAUD 

Berita

Marlina Harap Kemendikdasmen Bantu Tingkatkan Kualitas PAUD Aceh 

Pemerintah Aceh

Lantik Wali Kota dan Wakil Wali Kota, Mualem Siap Bantu Pembangunan Kota Lhokseumawe

Berita

Pererat Silaturrahmi, Marlina Muzakir Gelar Buka Puasa Bersama Ketua TP PKK se-Aceh

Nasional

Gubernur Mualem: Aceh Terus Perjuangkan Otsus Permanen dan Blang Padang sebagai Aset Umat