Banda Aceh – Bubur Asyura merupakan sejenis bubur manis yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Aceh. Setiap datangnya bulan Muharram, masyarakat Aceh diwarnai oleh tradisi yang begitu lekat dengan nilai kebersamaan. Salah satunya adalah lewat sajian yang disebut bubur Asyura atau dalam bahasa lokal disebut “bubur Asyura Muharam”.
Setiap memasuki tanggal 10 Muharam, aroma rempah dan santan mulai tercium dari berbagai sudut kampung di Aceh. Biasanya, aktivitas ini dimulai sejak pagi. Kaum perempuan bergotong royong untuk menyiapkan bahan guna memasak bubur untuk disajikan kepada warga disaat jelang berbuka puasa.
Bubur Asyura bukan sekadar makanan. Ia adalah simbol. Simbol persaudaraan, kekeluargaan, dan juga penghormatan terhadap peristiwa sejarah silam.
Sementara itu, Bhayangkari Polresta Banda Aceh yang mendiami Asrama Polisi Punge, hari ini berduyun – duyun menyiapkan bahan untuk pembuatan bubur asyura yang akan dibagikan sore hari.
Ketua Bhayangkari cabang kota Banda Aceh, Ny.Ria Joko berprinsip dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung sehingga sejak bertugas di Serambi Mekkah berusaha menggali apa yang menjadi tradisi yang salah satunya adalah memasak bubur Asyura di bulan Muharam .
“Di Aceh terkenal dengan masakan bubur asyura, dimana masakan ini dimasak dan dibagikan untuk warga yang akan berbuka puasa, sehingga kami yang mendiami Asrama Polisi Punge ini, Insya Allah nanti setelah sholat Ashar akan membagikan kepada warga” ucap Ny Ria Joko, Senin (14/7/2025).
Kegiatan ini juga mengingatkan kembali kepada seluruh masyarakat Aceh, seperti halnya kawula muda, remaja, yang sudah tidak mengingat lagi bahwa kita disini ada sebuah tradisi yakni memasak bubur Asyura, tutur Isteri Kapolresta Banda Aceh ini.
Ini menjadikan kami tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga merayakannya dengan kekhasan tersendiri, termasuk dalam cara meramu bahan dan menyajikan bubur Asyura. Uniknya, bahan-bahan dalam bubur Asyura di Aceh sangat beragam. Ada beras, jagung, ubi, labu, kacang-kacangan, pisang, santan, bahkan terkadang dimasukkan irisan manisan. Semua bahan ini melambangkan keberagaman dan kekayaan rezeki yang disatukan dalam satu periuk besar, sebut Ketua Bhayangkari Cabang Kota Banda Aceh ini.
Setelah matang, bubur dibagi dalam mangkuk-mangkuk, lalu dibagikan kepada warga yang melintasi jalan depan Asrama Polisi Punge. Disini terlihat ada kebahagiaan sederhana saat melihat senyum mereka yang menerima. Tradisi ini juga jadi sarana berbagi rezeki dan memperkuat silaturahmi antarwarga, di luar perbedaan status sosial, ucap Ny Ria Joko.
“Bubur Asyura memiliki citarasa khas, manis, gurih dengan sedikit aroma jahe dan pandan. Namun, lebih dari rasa, yang paling melekat adalah kenangan tentang bagaimana semua orang terlibat. Tak ada yang merasa asing, semua bagian dari satu keluarga besar apalagi yang menerima pembagian bubur asyura dari Bhayangkari Aspol Punge ini”, pungkasnya.
Editor: Redaksi