SABANG, UJUNG BARAT INDONESIA – Di pulau yang dijuluki surga bahari, Sabang, tersimpan kisah manis dari kebun-kebun kakao yang subur. Bukan sekadar objek wisata, kini Sabang juga dikenal berkat cita rasa unik dari produk olahan cokelat lokal: Cokbang (Cokelat Sabang).
Di balik kesuksesan Cokbang, ada sosok pemuda bersemangat, Melan, pemilik usaha sekaligus Manager Produksi. Ia bukan hanya menjual cokelat, tapi juga semangat untuk mengangkat harkat kakao lokal.
🌱 Dari Biji Lokal Menjadi Kekuatan Ekonomi
”Kami 100 persen menggunakan bahan baku dari Sabang,” ungkap Melan dengan nada bangga saat ditemui di rumah produksinya di kawasan Aneuk Laot. Matanya berbinar saat menjelaskan keunggulan kakao Sabang. “Kita ini dikelilingi laut, jadi unsur garamnya alami. Tanahnya juga dari letusan gunung berapi, mineralnya tinggi. Itu yang bikin rasa kakao Sabang lebih nikmat.”
Melan menjelaskan, biji kakao Sabang memiliki kadar lemak yang tinggi, mencapai 52,15 persen. Kadar lemak inilah yang menghasilkan cokelat dengan aroma dan rasa yang kuat, khas, dan kompleks. Namun, perjalanan Cokbang tidaklah mudah. Awalnya, biji kakao lokal hanya dijual murah.
”Dulu, petani kesulitan. Kakao dihargai rendah. Kami hadir untuk memutus mata rantai itu. Memberi nilai tambah agar petani bisa sejahtera,” kata Melan.
🤝 Sinergi dengan Para Petani
Cokbang kini menjadi unit usaha unggulan dari Koperasi Produsen Kakao Jaya Mandiri. Sejak mulai dikembangkan serius dalam beberapa tahun terakhir, Cokbang telah merangkul para petani. Saat ini, terdapat sekitar 30 petani kakao binaan di Sabang, dengan lima di antaranya sudah rutin memasok biji kakao setiap bulan.
”Kami fokus pada kualitas. Kami dampingi petani agar menghasilkan biji fermentasi terbaik. Ini adalah kunci agar cokelat kami bisa bersaing,” jelas Melan, menekankan pentingnya sinergi antara produsen dan petani.
📈 Target Pasar Global dan Wisata Edukasi
Kreativitas Cokbang tercermin dalam 14 jenis varian produk olahan cokelat yang ditawarkan, mulai dari Coklat Milk, Coklat Kacang, hingga Choco Nibs yang khas. Harganya pun terjangkau, antara Rp20.000 hingga Rp150.000 per kemasan, menjadikan Cokbang oleh-oleh wajib bagi wisatawan.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk PKK Kota Sabang dan Rumah BUMN, telah mendorong Cokbang untuk berani melangkah lebih jauh. Melan mengakui, bantuan dalam aspek manajemen, inovasi produk, hingga promosi ke event nasional dan internasional seperti IKRA, sangat membantu.
”Harapan kami, Cokbang menjadi inspirasi bagi UMKM lainnya. Kami ingin membawa nama Sabang ke tingkat nasional bahkan internasional,” tutup Melan.
Tidak berhenti di situ, Cokbang juga tengah mempersiapkan konsep wisata edukasi. Wisatawan nantinya tidak hanya membeli, tapi juga bisa melihat langsung proses pengolahan cokelat, dari kebun kakao hingga menjadi batang cokelat yang siap dinikmati. Cokbang, di bawah kepemimpinan Melan, telah membuktikan bahwa potensi lokal, jika diolah dengan serius dan inovatif, mampu menjadi ikon daerah dan kekuatan ekonomi baru dari ujung barat Indonesia.
Editor: Redaksi









