Banda Aceh – Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Digital (KOMDIGI) RI, Nezar Patria, menyampaikan perkembangan terkini penanganan gangguan layanan komunikasi di sejumlah wilayah Aceh yang terdampak banjir. Keterangan pers tersebut disampaikan di Posko Pusat Informasi dan Media Center, Kantor Gubernur Aceh bersama Sekda Aceh dan unsur pemerintah daerah lainnya. Jumat, (5/12/ 2025).
Nezar Patria menjelaskan bahwa kondisi lapangan menunjukkan masih banyak kabupaten dan kota yang membutuhkan penanganan cepat untuk memulihkan akses komunikasi. Ia menyebutkan, tim kementerian bersama pemerintah daerah telah meninjau beberapa titik, mulai dari jalur Sriwijaya hingga Bireuen, sambil mendistribusikan peralatan komunikasi darurat.
“Hari ini kami bersama Pak Sekda meninjau langsung kondisi yang terjadi di kabupaten dan kota terdampak. Fokus utama kami adalah memastikan akses komunikasi dapat segera dipulihkan,” ujar Nezar Patria.
Menurutnya, dari total 3.414 BTS yang ada di Aceh, sekitar 52 persen tidak beroperasi. Ia menegaskan bahwa sebagian besar BTS tersebut bukan rusak karena banjir, melainkan tidak berfungsi akibat padamnya pasokan listrik. Infrastruktur fisiknya dalam kondisi baik, namun tidak dapat aktif tanpa suplai listrik yang stabil.
“Infrastruktur sebenarnya masih utuh, tetapi tanpa listrik BTS tidak bisa aktif. Kami telah menghidupkan beberapa titik menggunakan genset, namun kemampuan genset terbatas dan membutuhkan suplai BBM yang berkelanjutan,” jelasnya.
Karena itu, KOMDIGI telah berkoordinasi dengan Pertamina untuk memastikan distribusi BBM dari jalur darat, laut, maupun udara dapat terpenuhi.
Nezar juga menyampaikan bahwa kementerian telah mendistribusikan perangkat komunikasi darurat, termasuk access point dan perangkat satelit, untuk membantu memperlancar komunikasi di daerah yang terisolasi, khususnya di wilayah Aceh Tamiang. Kehadiran perangkat tersebut sangat membantu para pengungsi agar tetap dapat terhubung dengan keluarga dan pihak berwenang.
Sementara itu, kondisi banjir yang menyebabkan air mengalir keluar dari jalur sungai normal turut memperparah kerusakan akses transportasi dan jaringan.
“Air yang melimpas ke pemukiman dan jalan bahkan membentuk aliran baru, sehingga sejumlah lokasi menjadi sulit dijangkau dan membutuhkan upaya gotong royong masyarakat dan aparat untuk membuka akses”, jelasnya.
Nezar menegaskan bahwa seluruh pihak mulai dari unsur pemerintah daerah, TNI, Polri operator telekomunikasi, hingga relawan, terus bekerja keras untuk menormalkan kembali aliran listrik agar pemulihan jaringan bisa berlangsung lebih cepat.
“Kami berharap dengan normalisasi listrik, jaringan komunikasi dapat pulih secepatnya sehingga proses tanggap darurat berjalan lebih efektif,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kementerian juga telah menyiapkan dukungan tambahan melalui jaringan satelit seperti Starlink, untuk memastikan komunikasi tetap berjalan di wilayah yang terdampak paling parah hingga jaringan kabel dan BTS kembali berfungsi penuh.
“Kami akan terus memantau situasi dan memastikan semua titik kritis mendapatkan akses komunikasi yang memadai. Ini penting agar seluruh proses penanganan darurat dapat terkoordinasi dengan baik,” tutup Nezar.
Editor: Redaksi









